Jika ada yang bertanya: Sebutkan satu pekerjaan rumah yang paling tidak
disukai!
Tanpa ragu lagi, jawaban saya
adalah MEN-CU-CI BA-JU *pakai tanda seru 18 kali*
Kalau pekerjaan rumah lain
seperti menyapu, mengepel lantai, saya sih senang banget; mencuci piring, menyetrika
juga saya masih oke, tapi sama sekali TIDAK SUKA untuk MENCUCI.
Alasannya?
Pada dasarnya, kemampuan motorik
saya gak terlalu oke. Perlu usaha lebih untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
membutuhkan otot atau tenaga. Misalnya, waktu sekolah dulu, prestasi olahraga
saya biasa-biasa aja. Kalau pelajaran lari, mungkin saya adalah bagian dari
sepertiga yang paling belakang sampe finish, dalam berenang, meluncur dan
ngambang-ngambang gaya punggung doang sih lumayan bisa, tapi kalo udah gaya
katak, gaya dada, sampai sekarang masih belum lulus, tuh. Main voli gak bisa,
naik sepeda juga gak lancar-lancar amat. Huhu.
Termasuk kegiatan mencuci baju yang
membutuhkan gerakan tangan menggosok kuat, mengucek, angkat turun baju dalam
membilas, memeras. Kalau cuciannya satu dua sih masih okelah, kalau banyak? Aduhhh,
pegeeellll. Terus, itu pun kalau bajunya gak ada noda atau cuma bau keringet
biasa, ya direndam juga udah bersih lah. Nah, giliran baju yang nodanya susah? Atau
noda berwarna di pakaian warna terang? Atau noda kotoran di celana jins abu
muda favorit saya? Aduhhhh, peer banget deh!
Mesin cuci ada sih, tapi tetap
aja saya gak puas kalo langsung nyemplungin cucian ke dalam mesin tanpa
direndam atau dikucek dulu. Karena kalau noda tertentu kan gak bisa hilang cuma
dengan direndam, dan mesin cuci gak punya mata untuk tahu bahwa bagian-bagian
tertentu nodanya lebih kotor.
Musuhan sama cucian :( |
Alhasil, setiap mencuci, saya
selalu merasa stress. Cucian belum beres, tangan udah pegel. Noda di baju-baju
terang, perasaan udah dikucek lama tapi kok gak hilang-hilang. Ketika mencuci celana
jins favorit, perasaan udah disikat sekuat tenaga, tetap aja nodanya masih
bersisa. Belum lagi kulit saya cukup sensitif, jadi kalo ngucek2 bajunya lagi
‘nafsu’, jari-jari suka lecet terkena material kain yang kasar atau butiran
bubuk deterjen. ERGH! L
Lama sebelum menikah, suami saya
sudah hapal banget masalah saya ini. Gimana nggak, kalo setiap kali habis
mencuci, saya pasti langsung sms/telepon dia, ngomel-ngomel tentang betenya
saya habis nyuci. Capek lah, pegel lah, udah digosok tapi tetep kotor, suami
saya pun dengan sabar melayani curhatan saya, dan selalu bilang “Sabar ya, kalo
udah nikah, nanti abang yang cuci baju.”
Mendengar hal itu, saya senang
sekaligus waswas. Senang karena lega habis menikah saya gak akan mencuci, tapi juga waswas, jangan-jangan itu cuma
lip service deh. Padahal mungkin dia suami-suami pada umumnya, yang menyerahkan
urusan rumah tangga sama istri. Huhuhu. Parno, yah? L Sebagai gantinya, ketika
itu saya berjanji akan bersedia menyetrika, sebanyak apapun. Kebetulan suami
malah lebih gak suka kegiatan menyetrika, katanya.
Setelah menikah,
ternyataaaaaa….suami saya menepati janjinya. Saya cukup dimintai tolong
merendam si baju-baju kotor saja,sementara kucek, bilas, keringin, jemur baju
diambil alih sama dia. Horeeeeeee..
Tapi eh tapi, dasar saya istri
perfeksionis dan gak cepat puas, saya pun melakukan quality control terhadap hasil cucian suami. Dan menemukan bahwa
ihhhhh, kok bagian ketiak kemeja masih bernoda, masih ada bekas deodoran, kok celana-celana
jins masih kotor, kok begini, kok begitu. Setelah itu, ketika suami mencuci
saya berlagak menjadi mandor yang mengawasi, dan sering ngomel “ngebilasnya
jangan Cuma 2 kali!”, “kuceknya yang betul”, “jinsnya disikat yang bersih!”,
dan lain-lain. Kesimpulannya, saya nggak terlalu puas juga dengan hasil cucian
suami saya.
Nyuci sendiri bikin tertekan,
minta tolong suami nyuci pun gak puas. Duh!
Selama 11 bulan ini menikah,
hampir selalu suami yang mencuci, meski sambil dicereweti.
Ketika dua bulan ini suami saya
disibukkan dengan pengerjaan tesis, saya pun berusaha mengurangi beban
pekerjaannya termasuk mencuci baju. Saya pikir, mungkin ada baiknya sekarang
saya lebih sering mencuci. Terlebih, sekitar 5 bulan lagi saya akan memiliki
seorang anak, otomatis cucian nanti akan nambah lagi dong, jadi triple! Wow! Masa sih saya harus
menumpahkan seluruh pekerjaan cucian kepada suami? Kan nanti juga mungkin suami
sibuk dengan pekerjaannya. Apalagi saya juga nggak sibuk-sibuk amat, kayaknya
nggak ada salahnya saya membiasakan diri mencuci baju. Yaa, minimal saya bisa gantian
nyuci deh ya, kalau suami lagi sibuk.
Saya pun coba mencari-cari tahu
cara untuk mencuci lebih mudah dan bebas stress.
Cara ibu saya dengan mencuci manual pakai deterjen bubuk jelas saya nggak bisa
niru. Mengandalkan mesin cuci saja juga gak mungkin. Saya pun bertanya-tanya
ada nggak yah, yang deterjennya sendiri pun sudah membantu saya mencuci bersih
tanpa saya harus mengeluarkan tenaga lebih.
Saat browsing-browsing, ketemu
‘lah saya dengan http://www.rinso.co.id/. Deterjen bubuk rinso sih saya sudah kenal lama dari mama saya yang memang pakai
itu sejak lama, tapi melihat rinso cair, saya pun penasaran. Dari situs
tersebut, saya tahu bahwa rinso cair memiliki beberapa keunggulan yang cocok
banget dengan masalah saya.
Penasaran ingin mencoba, saya pun membeli rinso cair sachet di warung dekat rumah dan mencuci dengan menggunakan rinso cair tersebut. Pertama, saya oleskan cairan rinso cair di bagian-bagian yang nodanya agak sulit, seperti ketiak, kerah, dan bagian-bagian kain yang nodanya lebih kotor. Kemudian saya rendam cucian 30 menit. Setelah itu, saya kucek deh. Senangnyaaa, karena rinso cair ini lembut banget di tangan, jadi ketika mengucek pun rasanya ringan dan jari-jari saya bebas lecet. Yeaaaaa! Dikucek-kucek dikit GAK PAKE PEGEL pun kotorannya udah cepat bersih. Ternyataaa..rinso cair 2x lebih efektif, meresap lebih ke dalam serat kain saat perendaman, untuk seluruh cucian sehari-hari. Senangnyaaa.. J J
sumber: dari sini |
Penasaran ingin mencoba, saya pun membeli rinso cair sachet di warung dekat rumah dan mencuci dengan menggunakan rinso cair tersebut. Pertama, saya oleskan cairan rinso cair di bagian-bagian yang nodanya agak sulit, seperti ketiak, kerah, dan bagian-bagian kain yang nodanya lebih kotor. Kemudian saya rendam cucian 30 menit. Setelah itu, saya kucek deh. Senangnyaaa, karena rinso cair ini lembut banget di tangan, jadi ketika mengucek pun rasanya ringan dan jari-jari saya bebas lecet. Yeaaaaa! Dikucek-kucek dikit GAK PAKE PEGEL pun kotorannya udah cepat bersih. Ternyataaa..rinso cair 2x lebih efektif, meresap lebih ke dalam serat kain saat perendaman, untuk seluruh cucian sehari-hari. Senangnyaaa.. J J
No more stress! J *dadah-dadah sama
stress*
Alhamdulillaah, thanks rinco
cair, tahu aja kebutuhan saya. Hihihi.
Disclaimer:
Tulisan ini ditulis berdasarkan
pengalaman pribadi, dan diikutsertakan pada “Writing Competition” yang diadakan oleh Rinso Cair dan LaiqaMagazine. Adapun isi di luar tanggung jawab Laiqa Magazine. J