Wednesday, October 30, 2013

NO MORE STRESS BERKAT RINSO CAIR

Jika ada yang bertanya: Sebutkan satu pekerjaan rumah yang paling tidak disukai!
Tanpa ragu lagi, jawaban saya adalah MEN-CU-CI BA-JU *pakai tanda seru 18 kali*
Kalau pekerjaan rumah lain seperti menyapu, mengepel lantai, saya sih senang banget; mencuci piring, menyetrika juga saya masih oke, tapi sama sekali TIDAK SUKA untuk MENCUCI.

Alasannya?
Pada dasarnya, kemampuan motorik saya gak terlalu oke. Perlu usaha lebih untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang membutuhkan otot atau tenaga. Misalnya, waktu sekolah dulu, prestasi olahraga saya biasa-biasa aja. Kalau pelajaran lari, mungkin saya adalah bagian dari sepertiga yang paling belakang sampe finish, dalam berenang, meluncur dan ngambang-ngambang gaya punggung doang sih lumayan bisa, tapi kalo udah gaya katak, gaya dada, sampai sekarang masih belum lulus, tuh. Main voli gak bisa, naik sepeda juga gak lancar-lancar amat. Huhu.

Termasuk kegiatan mencuci baju yang membutuhkan gerakan tangan menggosok kuat, mengucek, angkat turun baju dalam membilas, memeras. Kalau cuciannya satu dua sih masih okelah, kalau banyak? Aduhhh, pegeeellll. Terus, itu pun kalau bajunya gak ada noda atau cuma bau keringet biasa, ya direndam juga udah bersih lah. Nah, giliran baju yang nodanya susah? Atau noda berwarna di pakaian warna terang? Atau noda kotoran di celana jins abu muda favorit saya? Aduhhhh, peer banget deh!

Mesin cuci ada sih, tapi tetap aja saya gak puas kalo langsung nyemplungin cucian ke dalam mesin tanpa direndam atau dikucek dulu. Karena kalau noda tertentu kan gak bisa hilang cuma dengan direndam, dan mesin cuci gak punya mata untuk tahu bahwa bagian-bagian tertentu nodanya lebih kotor.


Musuhan sama cucian :(

Alhasil, setiap mencuci, saya selalu merasa stress. Cucian belum beres, tangan udah pegel. Noda di baju-baju terang, perasaan udah dikucek lama tapi kok gak hilang-hilang. Ketika mencuci celana jins favorit, perasaan udah disikat sekuat tenaga, tetap aja nodanya masih bersisa. Belum lagi kulit saya cukup sensitif, jadi kalo ngucek2 bajunya lagi ‘nafsu’, jari-jari suka lecet terkena material kain yang kasar atau butiran bubuk deterjen. ERGH! L

Lama sebelum menikah, suami saya sudah hapal banget masalah saya ini. Gimana nggak, kalo setiap kali habis mencuci, saya pasti langsung sms/telepon dia, ngomel-ngomel tentang betenya saya habis nyuci. Capek lah, pegel lah, udah digosok tapi tetep kotor, suami saya pun dengan sabar melayani curhatan saya, dan selalu bilang “Sabar ya, kalo udah nikah, nanti abang yang cuci baju.”

Mendengar hal itu, saya senang sekaligus waswas. Senang karena lega habis menikah saya gak akan  mencuci, tapi juga waswas, jangan-jangan itu cuma lip service deh. Padahal mungkin dia suami-suami pada umumnya, yang menyerahkan urusan rumah tangga sama istri. Huhuhu. Parno, yah? L Sebagai gantinya, ketika itu saya berjanji akan bersedia menyetrika, sebanyak apapun. Kebetulan suami malah lebih gak suka kegiatan menyetrika, katanya.

Setelah menikah, ternyataaaaaa….suami saya menepati janjinya. Saya cukup dimintai tolong merendam si baju-baju kotor saja,sementara kucek, bilas, keringin, jemur baju diambil alih sama dia. Horeeeeeee..

Suami sholeh nan rajin :P

Tapi eh tapi, dasar saya istri perfeksionis dan gak cepat puas, saya pun melakukan quality control terhadap hasil cucian suami. Dan menemukan bahwa ihhhhh, kok bagian ketiak kemeja masih bernoda, masih ada bekas deodoran, kok celana-celana jins masih kotor, kok begini, kok begitu. Setelah itu, ketika suami mencuci saya berlagak menjadi mandor yang mengawasi, dan sering ngomel “ngebilasnya jangan Cuma 2 kali!”, “kuceknya yang betul”, “jinsnya disikat yang bersih!”, dan lain-lain. Kesimpulannya, saya nggak terlalu puas juga dengan hasil cucian suami saya.

Nyuci sendiri bikin tertekan, minta tolong suami nyuci pun gak puas. Duh!
Selama 11 bulan ini menikah, hampir selalu suami yang mencuci, meski sambil dicereweti.
Ketika dua bulan ini suami saya disibukkan dengan pengerjaan tesis, saya pun berusaha mengurangi beban pekerjaannya termasuk mencuci baju. Saya pikir, mungkin ada baiknya sekarang saya lebih sering mencuci. Terlebih, sekitar 5 bulan lagi saya akan memiliki seorang anak, otomatis cucian nanti akan nambah lagi dong, jadi triple! Wow! Masa sih saya harus menumpahkan seluruh pekerjaan cucian kepada suami? Kan nanti juga mungkin suami sibuk dengan pekerjaannya. Apalagi saya juga nggak sibuk-sibuk amat, kayaknya nggak ada salahnya saya membiasakan diri mencuci baju. Yaa, minimal saya bisa gantian nyuci deh ya, kalau suami lagi sibuk.

Saya pun coba mencari-cari tahu cara untuk mencuci lebih mudah dan bebas stress. Cara ibu saya dengan mencuci manual pakai deterjen bubuk jelas saya nggak bisa niru. Mengandalkan mesin cuci saja juga gak mungkin. Saya pun bertanya-tanya ada nggak yah, yang deterjennya sendiri pun sudah membantu saya mencuci bersih tanpa saya harus mengeluarkan tenaga lebih.

Saat browsing-browsing, ketemu ‘lah saya dengan http://www.rinso.co.id/. Deterjen bubuk rinso sih saya sudah kenal lama dari mama saya yang memang pakai itu sejak lama, tapi melihat rinso cair, saya pun penasaran. Dari situs tersebut, saya tahu bahwa rinso cair memiliki beberapa keunggulan yang cocok banget dengan masalah saya.


sumber: dari sini

Penasaran ingin mencoba, saya pun membeli rinso cair sachet di warung dekat rumah dan mencuci dengan menggunakan rinso cair tersebut. Pertama, saya oleskan cairan rinso cair di bagian-bagian yang nodanya agak sulit, seperti ketiak, kerah, dan bagian-bagian kain yang nodanya lebih kotor. Kemudian saya rendam cucian 30 menit. Setelah itu, saya kucek deh. Senangnyaaa, karena rinso cair ini lembut banget di tangan, jadi ketika mengucek pun rasanya ringan dan jari-jari saya bebas lecet. Yeaaaaa! Dikucek-kucek dikit GAK PAKE PEGEL pun kotorannya udah cepat bersih. Ternyataaa..rinso cair 2x lebih efektif, meresap lebih ke dalam serat kain saat perendaman, untuk seluruh cucian sehari-hari. Senangnyaaa.. J J
Dikit ya, cucian saya. :D Namanya juga belajar. :))

No more stress! J *dadah-dadah sama stress*
Alhamdulillaah, thanks rinco cair, tahu aja kebutuhan saya. Hihihi.


Disclaimer:
Tulisan ini ditulis berdasarkan pengalaman pribadi, dan diikutsertakan pada “Writing Competition” yang diadakan oleh Rinso Cair dan LaiqaMagazine. Adapun isi di luar tanggung jawab Laiqa Magazine. J

Saturday, July 13, 2013

HAMILI AKU

Dear suami, 
Tolong hamili aku...!

Oke, mungkin aku memang sudah pernah hamil, dan kemudian keguguran (awal Maret lalu). Tapi, maksud saya, tolong hamili aku lagi… 

Lagi pingin banget hamil.

Waktu pas hamil pertama kemarin malah sebenarnya belum pengen banget. Maksudnya, pengen, Cuma ragu, aduh, aku udah siap belum ya. Kita udah siap belum ya. Aduh, akunya belum begini begitu. Aduh, suaminya belum begini begitu. Aduh, kita belum begini, begitu.

Tapi sekarang…..pingin bangettttttttttttttt. Kepingin hamil banget.

Lalu kemudian, aku berpikir, kenapa aku pingin hamil? Ya karena pingin punya anak. Tapi aku berpikir lagi, harus ada alas an logis kenapa pingin hamil+punya anak? Harus rasional! Dengan demikian, bisa percaya diri ketika berdoa dan meminta sama Allah. Masa’ nanti berdoanya, “Ya Allah, aku ingin hamil, karena si X udah hamil masa’ aku belum?!”, kok kayaknya nggak bagus ya. Atau “Ya Allah, berikanlah hamba keturunan karena hamba ingin keren dan berprestasi, kan hebat tuh punya anak”. Hehe. Apeu banget deh.

Akhirnya aku tahu dan menemukan kenapa aku ingin dan butuh untuk hamil lagi dan punya anak:

1.       Aku ingin segera punya anak karena mumpung masih muda, masih sehat, masih cukup luang waktu untuk ditambah dengan kesibukan baru yaitu mengurus anak. Dibandingkan dengan teman-teman seangkatan lain, bisa jadi umurku ini udah agak tua untuk “baru punya anak”, tapi maksudku, aku nggak mau untuk lebih tua lagi untuk “baru punya anak”. Umur siapa yang tahu??

2.       Dengan memiliki anak, kita dituntut untuk jadi guru yang baik, mengajar. Bukan, bukan karena aku merasa sudah banyak tahu makanya ingin segera “mengajarkan anak”. Justru aku percaya bahwa cara terbaik untuk belajar adalah dengan cara mengajar. Dengan mengajar, kita dituntut jadi harus belajar menguasai ilmu, dan juga mengamalkannya, agar si anak pun meniru kita untuk mengamalkan suatu ilmu. Nah, aku pingin banget jadi orang yang lebih baik lagi dari segala hal. Selama ini aku merasa ceroboh, kekanak-kanakan, kurang produktif, kurang ini, itu, banyak banget. Aku pingin banget punya partner untuk belajar bersama, dan anak adalah partner yang bagus untuk itu.

Kayaknya Cuma dua itu aja sih alas an kuat kenapa aku pingin punya anak. No-no-no, ulangi lagi. Kayaknya Cuma dua itu aja sih alas an kuat aku kenapa pingin banget punya anak banget. :’(
Suami, hamili aku lagi please…… :’(

Saturday, June 15, 2013

IIFF 2013

Lebih baik terlambat daripada tidak sama kan? Termasuk untuk dokumentasi mengenai pengalaman  saya di IIFF 2013 ini.
Alkisah cerita, waktu itu Teh Nutty, kakak kelas saya di Studio Intermodel Bandung sedang mencari stylist untuk fashion show Polite (brand-nya dia) di IIFF 2013. Saya pun menawarkan diri, dan jadilah saya menjadi satu dari dua stylist untuk Polite di IIFF 2013.
Tugas saya waktu itu membantu model untuk mengenakan pakaian fashion dan terutama memasangkan hijab, setelah sebelumnya saya simulasi dulu bersama Teh Nutty untuk membuat hijabstyle yang cocok dengan pakaian yang sudah ada.
Total baju yang dibawakan ada 10 baju, tapi karena dua diantaranya adalah baju renang, jadi hanya 8 baju yang harus dicari hijabstyle-nya.
Ternyata yaaaa….suasana backstage dan dress room untuk fashion show itu hectic abissss, orangnya banyak, dan model-model serta fitter berseliweran dan teriak-teriak, hehe, apalagi waktunya juga terbatas untuk model ganti baju, jadinya waktu saya cuma bisa mendandani hijab 4 model (apa 5 yah?? Lupa -,-), sementara dua lainnya dipakaikan oleh Karyn, stylist yang lain.
Inilah keempat model yang saya pasangkan hijabnya. 

Photo courtesy of Polite Wardrobe

Photo courtesy of Polite Wardrobe

Photo courtesy of Polite Wardrobe

Photo Courtesy of Polite Wardrobe

Photo Courtesy of Polite Wardrobe

Photo Courtesy of Polite Wardrobe
Kesan saya terhadap pengalaman menjadi stylist untuk fashion show adalah...IT WAS FUN! Saya suka banget ngedandanin orang. Hehehe. Ada yang mau didandanin? ;)

Friday, June 14, 2013

BUKU BACAAN DAN IMAJINASI

Sudah lama suami tidak memperkenankan saya untuk membeli majalah fashion.
“Aku kan harus cari-cari referensi untuk bikin desain (baju), Bang,” begitu saya menawar kebijakannya.
“Yang bebe butuhkan itu imajinasi, jangan baca majalah yang isinya baju, nanti desain-desainnya malah sama kayak baju yang ada di majalah,” kata suami saya.
“Terus aku baca apa dong?”
“Ya bacanya buku-buku atau majalah yang nggak ada hubungannya sama baju,” demikian suami menjelaskan.

Dipikir-pikir betul juga sih. Katakanlah mendesain pakaian itu adalah sebuah kegiatan kreatif (kreativitas). Maka sebelum saya menghasilkan ide desain, maka tahap pertama yang harus saya lakukan adalah mencari sebanyak mungkin informasi atau sumber atau bahan untuk merumuskan sebuah ide. Bisa jadi baca-baca majalah juga merupakan salah satu cara untuk itu. Tapi kalau terlalu banyak dan melulu baca majalah, memang saya juga merasa jadi sangat terpengaruh dengan baju-baju yang dilihat, idenya jadi sama persis.

Betul sekali bahwa saya butuh imajinasi. Dan apa suami bilang “kalo butuh imajinasi, bacanya yang nggak ada hubungannya dengan baju”. Betul sekali. Entah seperti teori menjelaskannya. Dan entah darimana juga sih suami bisa bilang gitu. Jangan-jangan dia sok tahu yah? Hahaha.

Ngikut baca majalahnya suami

Salah satu buku dari penulis favorit: Tere Liye

Saturday, January 26, 2013

TITIK-TITIK KE TEPIAN

Dengan misi ingin menjadi pasangan dan keluarga yang sehat, maka inilah yang kami lakukan di sela-sela kesibukan di Bandung: berenang. BYUR!!
Ini juga dilakukan sekaligus mau mengecek kamera saya yang katanya waterproof. Benar nggak, ya... Sebelumnya "mencelupkan' kamera ke air, deg-degan banget, takut langsung jadi rusak. Huhuhu. Eh, tapi ternyata, ini beneran tahan air yah. Hehehe.

Airnya lumayan bersih :)

Aduh, suami malah motret saya pas gaya berenangnya kayak gini. Ketahuan deh, gaya kataknya gagal, jadi agak "mbebek" gini :(

Kolam renangnya cukup sepi, jadi bisa agak bebas foto-foto. Hihihi.


Suami, 2 tahun yang lalu masih takut berenang, sekarang udah pintar. Hore! :D
Nanti, bulan depan Insya Allah rencananya berenang lagi. Biar sehat! Kuat! Dan..kurus?? :P

RESOLUSI 2013

Terlambat ya, memangnya, kalau baru sekarang kita membahas mengenai resolusi tahun baru? :)
Tapi kan ini baru bulan Januari. Itu pun belum berakhir.
:)

Apakah setiap tahun saya menyusun resolusi?
Hampir selalu iya.
Apakah resolusi-resolusi tersebut tercapai?
Biasanya hanya 1-2 yang tercapai.
:-D

Kenapa, ya?
Mungkin saya memang bukan orang yang ambisius dalam mengejar cita-cita; mungkin cenderung bersikap permisif pada apa yang diinginkan; atau saya cukup dijelaskan dengan satu kata saja: malas.
Begitu?

Nggak tahu, tuh.
Umm..nggak mau tahu. Hehehe.

Lalu bagaimana tahun 2013? Masih mau menyusun resolusi lagi?
Kayaknya enggak yah. Hihihi.
Apakah saya menyesal membuat resolusi seperti tahun-tahun sebelumnya?
Mungkin iya. Menyesal. Dan juga capek.

Pokonya resolusi saya begini saja:
dalam hal pernikahan mau menjadi istri yang baik, sabar dalam menahan diri (pada hal-hal buruk) dan juga sabar dalam berusaha, dan jadi ibu yang baik (jika memang nantinya ada anak).
Dalam hal usaha: mau lebih berkembang lagi, secara cepat dan mengalami proses akselerasi, percepatan.

Asbtrak ya, resolusi saya? Terlalu umum?
:)

Suami saya bilang, "Itu namanya bukan resolusi. resolusi itu harus sesuatu yang terukur! Misalnya, tahun ini memperoleh X dalam jumlah sekian."

Tapi salah. Buat saya itu salah. Bertahun-tahun mencoba beresousi dengan cara demikian (terukur, kongkrit) tapi lebih ke..tanpa hasil. Hihihi.

Saya cukup permisif dan malah cenderung ingin melanggar sesuatu yang "diperintahkan". Misal, hari ini mau kesini, kemudian jadi malah pingin melanggar. Hehehe.

Jadi, tahun ini, biarkan saya menjalaninya dengan tenang, aman dan nyaman tanpa target. Satu hal saya pakai sebagai andalan adalah sikap jujur terhadap perasaan diri sendiri (yes, I rather a feeling-person that a thinking one). Hehehe. Lebih jujur dalam merasa (No denial!) Kalau dirasa baik, ya berusaha untuk lakukan, kalau dirasa buruk ya berusaha untuk meninggalkan. Begitupun kalau memang saya ingin, ya lakukan, kalau tidak mau, ya jangan. 

No more resolutions.

*big smile*

AKU BELUM TUA*

 Selalu kangen sama si monster kecil ini. Suaranya, gerakannya, wajahnya, ketawanya, nangisnya, pertanyaan-pertanyaan "sok tahu"-nya...

Angry Bird look-alike 


Bangun tidur langsung ikut main di kamar. 



*AKU BELUM TUA adalah sebuah kalimat yang diucapkan keponakanku secara lucu di dalam sebuah rekaman suara. Niatnya mau mengunduh rekaman suara itu ke blog, too bad, ternyata di sini cuma bisa mengunduh foto dan video saja, sementara rekaman suara gak bisa :'(